Kalor
Pada awalnya kalor dianggap sebagai zat alir (fluida) tanpa
bobot dan tidak dapat dilihat. Kalor timbul jika ada bahan yang dibakar. Kalor
dapat berpindah dari benda yang satu ke benda lainnya dengan cara konduksi,
konveksi, dan atau radiasi.
Pengalaman Count Rumford dan Sir James Prescott Joule dalam
pengeboran laras meriam dan percobaan-percobaannya dapat disimpulkan bahwa
energi mekanik terus menerus berubah wujudmenjadi kalor. Ini berarti ada
kesetaraan antara energi mekanik dengan kalor. Dalam percobaannya Joule
menemukan, bahwa 4,186 joule (J) setara dengan 1 kalori. Jadi 1,000 kal = 4,186
J.
Proses perubahan energi mekanik menjadi kalor merupakan salah
satu contoh adanya azas ketetapan energi. Sebaliknya, kalor dapat diubah
menjadi energi mekanik. Jadi, kalor merupakan salah satu bentuk energi.
Dalam
hal ini, kalor dapat dibedakan dua konsep pokok, yaitu:
1.
rasa kepanasan (hot) yang disebut temperatur atau suhu.
2.
besaran yang dapat menyebabkan adanya perubahan temperatur yang disebut kalor
(heat)
(Diktat
Kalor dan Termodinamika : 4)
Kalor merupakan salah satu bentuk
energi yang mengalir dari suatu zat ke zat yang lain akibat adanya perbedaan
suhu, tentunya dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah. Karena suhu
benda sebanding dengan kandungan kalor yang dimilikinya, yakni energi gerak
atom atau molekul yang dapat terdiri dari translasi, rotasi, maupun vibrasi
(Ishaq, 2007:236). Dari sisi sejarah kalor
merupakan asal kata caloric ditemukan oleh ahli kimia perancis yang bernama
Antonnie laurent lavoiser (1743 - 1794). Kalor memiliki satuan Kalori (kal) dan
Kilokalori (Kkal). 1 Kal sama dengan jumlah panas yang dibutuhkan untuk
memanaskan 1 gram air naik 1 derajat celcius. Satuan energi adalah joule,
yaitu energi yang diperlukan untuk memindahkan benda bermassa 1 kg dengan
percepatan 1 m/s2 sejauh 1 m. Kesetaraan kedua satuan itu
adalah 1 kalori= 4,2 joule atau 1 joule = 0,24 kalor
Pengukuran kalor sering dilakukan
untuk menentukan kalor jenis suatu zat.
Jika kalor jenis suatu zat diketahui, kalor yang diserap atau dilepaskan
dapat ditentukan dengan mengukur perubahan temperatur zat tersebut. Ketika
menggunakan persamaan ini, perlu diingat bahwa temperatur naik berarti zat
menerima kalor, dan temperature turun berarti zat melepaskan kalor.
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1. Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
2. Kalor
yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan
dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap
(J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)
Menurut Merle C.Potter dan Craig W. Somerton dalam Schaum’s Outline Termodinamika Tekhnik, kalor
adalah energi yang dipindahkan melintasi batas suatu sistem yang yang
disebabkan oleh perbedaan temperatur antara sistem dan lingkungannya. Temperatur adalah suatu property yang
meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas molecular. Jadi dapat diduga bahwa kita dapat
menghubungkan transfer energi mikroskopik dengan temperature yang merupakan
property makroskopik. Transfer energi
makroskopik ini yang tidak dapat kita perhitungkan melalui moda usaha
makroskopik manapun akan disebut sebagai kalor.
Suatu sistem tidak menyimpan panas, tetapi menyimpan energi, dan kalor
merupakan energi yang sedang mampir. Ini disebut dengan perpindahan kalor.
Energi dapat dipindahkan secara mikroskopik ke atau dari
suatu sistem melalui cara-cara atau interaksi antar molekul dari batas sistem
yang lebih aktif dibandingkan dengan molekul-molekul dari batas lingkungannya,
energi akan dipindahkan dari sistem ke lingkungannya, dimana molekul-molekul
yang cepat memindahkan energi ke molekul-molekul yang lebih lambat.
Dari pengertian-pengertian tersebut, kalor
didefiniskan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suau zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor
yang dimiliki oleh suatu zat / benda yaitu dengan mengukur suhu benda
tersebut. Jika suhunya tinggi, maka
kalor yang dikandung oleh benda sangta besar, sebaliknya, jika suhunya rendah
maka kalor yang dikandung benda / zat tersebut sedikit.
Sebagai ilustrasi, perhatikan sebuah balok panas dan
balok dingin dengan massa yang sama.
Balok yang panas menyimpan lebih banyak energi dibandingkan dengan balok
yang dingin karena memiliki aktivitas molekular yang lebih besar, artinya,
temperature balok panas lebih tinggi.
Jika kedua balok saling disentuhkan, energi mengalir dari balok yang
panas ke balok yang dingin melalui perpindahan kalor. Pada akhirnya, kedua balok tersebut akan
mencapai kesetimbangan termal, dimana keduanya memiliki temperature yang
sama. Perpindahan kalor telah terhenti,
balok yang panas telah kehilangan energi dan balok yang dingin telah memperoleh
energi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar