Jenis – jenis Termometer
Seperti telah dijelaskan
di atas, jenis-jenis
termometer bergantung pada sifat
fisis zat (thermometric property) yang digunakan. Jenis-jenis termometer yang lazim digunakan
antara lain
dapat dijelaskan sebagai berikut.
·
Termometer Gas Volume Tetap
Sesuai dengan namanya, termometer ini dibuat
berdasarkan pada perubahan tekanan gas
karena adanya perubahan temperatur.
Volume gas dapat
membesar karena kenaikan temperatur yang diikuti
oleh penurunan tekanan gas dan
dapat
mengecil karena penurunan
temperatur yang diikuti
oleh kenaikan tekanan gas. Jadi, pada termometer gas
volume tetap, thermometric property-nya adalah tekanan gas
(p) yang diwakili
oleh perubahan
panjang kolom air raksa (raksa). Ini berarti
p = p ( T ).
Adapun bentuk skematis termometer gas volume
tetap seperti dilukiskan pada gambar 2.4 berikut.
Gambar 2.4
Termometer Gas Volume Tetap
Bagaimanakah cara kerja termometer gas volume
tetap seperti gambar 2.7
?
Apabila benda yang akan diukur temperaturnya (A) disentuhkan pada bola B,
maka gas
dalam bola
B akan memuai dan
mendesak air raksa dalam pipa
C ke bawah dan dalam pipa
E ke atas. Pipa C dan pipa
E dihubungkan dengan
pipa
karet D yang lentur dan dapat ditarik
ke bawah atau
ke atas.
Apabila gas bola
B memuai dan
mendesak air raksa dalam pipa
C, maka volume gas bertambah. Agar volume gas tetap
seperti semula, yaitu
pada pengatur permukaan
raksa, maka pipa karet D dapat
dinaikkan atau diturunkan, sehingga volume
gas pada bola B dapat dijaga tetap.
Pada keadaan
1, misalnya pada titik tetap es yang
sedang melebur atau air yang sedang membeku di bawah tekanan udara luar 1
atmosfer, tinggi
raksa adalah
h1 dan
tekanannya p1 .
Pada keadaan
2, misalnya pada titik didih air atau titik
embun air di bawah tekanan
udara luar
1 atmosfer, tinggi raksa adalah h2 dan
tekanannya adalah P2 . Dalam hal ini kita dapat melakukan
interpolasi linier (membuat titik-titik
atau
harga tertentu diantara kedua titik tetap) dan
ekstrapolasi linier (membuat titik-titik
tertentu di luar kedua titik
tetap).
Jika kaki-kaki
manometer mempunyai luas penampang yang sama,
misalnya seluas A, tinggi cairan raksa yang berada di
atas
tanda volume tetap
(pengatur permukaan raksa) adalah
h, sedangkan
massa jenis
raksa adalah ρ, maka untuk percepatan gravitasi bumi g dan tekanan
udara luar sebesar po ,
berlaku persamaan-persamaan berikut.
p1 = po +
ρ g h1 p2 = po +
ρ g h2 p = po + ρ g h
Dengan
menggunakan
persamaan
(p V / T) = C dengan
volume V tetap dan subsitusi sederhana dapat
diperoleh persamaan:
T = T1 + {(h
– h1 ) / (h2 – h1 )}{T2 – T1 } . . . . . (2.7)
Dengan
mengambil T1 =
temperatur titik lebur es atau titik beku air pada tekanan udara luar 1
atmosfer = 00C = 273
K dan
h1 = tinggi
raksa pada saat
disentuhkan pada es yang sedang
melebur, serta T2 =
temperatur titik didih air atau titik
embun air pada tekanan 1 atmosfer =
1000 C
= 373 K dan h2 =
tinggi raksa pada saat disentuhkan pada air sedang mendidih,
sedangkan h adalah sembarang posisi
permukaan raksa di kaki
E, maka temperatur T dapat diketahui, karena temperatur T merupakan fungsi linier tinggi
raksa h.
·
Termometer Gas
Tekanan Tetap
Termometer gas tekanan tetap
dibuat berdasarkan pada perubahan
volume gas yang berubah
karena adanya perubahan temperatur.
Pada proses volume
tetap, kenaikan
temperatur mengakibatkan tekanan gas naik
dan sebaliknya penurunan temperatur akan mengakibatkan tekanan gas menurun.
Pada
proses tekanan
tetap, volume gas akan bertambah
jika temperatur gas naik dan
sebaliknya volume gas akan
mengecil
jika temperatur gas turun.
Jadi,
pada termometer gas
tekanan
tetap, thermometric property-nya adalah volume gas
(V) yang
diwakili oleh panjang kolom air raksa. Ini
berarti
V = V ( T ).
Dengan cara yang sama seperti di atas, dapat
dituliskan persamaan
berikut.
T = T1 + {(V – V1 ) / (V2 – V1 )} (T2 – T1 ) . . . . . (2.7)
Dengan
menggunakan
persamaan
2.9 dapat ditentukan
harga temperatur sembarang T karena
volume gas dalam bola
B dapat diukur, yaitu
V.
·
Termometer Cairan
Termometer cairan
dibuat
berdasarkan
pada perubahan volume
cairan karena adanya perubahan
temperatur.
Namun
karena luas penampang kolom
cairan A dipandang tetap, maka perubahan
volume cairan dapat
diwakili oleh perubahan tinggi
kolom cairannya. Ini
berarti Thermometric Property-nya adalah panjang atau
tinggi kolom cairan, sehingga dapat diperoleh L = L ( T ). Adapun
skematis termometer cairan
seperti gambar 2.4 berikut.
Pada dasarnya,
temperatur untuk termometer cairan seperti gambar 2.9, harga temperaturnya diukur
dengan perubahan volume cairan
dengan persamaan:
T = f (V) . . . . . (2.8)
Jika untuk titik-titik
tetap
dengan temperatur T1 dan T2 volume cairan masing-masing V1 dan
V2 , maka interpolasi
dan eksptrapolasi linier ditentukan dengan persamaan
T = T1 + {(V
– V1 ) / (V2 – V1 )}
(T2 – T1 ) .
. . . . (2.9)
Selanjutnya, jika tandon cairan
mempunyai volume V0 dan luas
penampang tabung
halus adalah A, maka volume dapat
dinyatakan dengan panjang tabung L di atas tandon cairan dengan
persamaan-persamaan berikut:
V1 = V0 + AL1
V2 = V0 + AL2
V = V0 + AL
Dengan
melakukan
substitusi sederhana dapat
diperoleh persamaan berikut.
T
= T1 +
{(L – L1 ) / (L2 – L1 )}
(T2 – T1 ) . . . . . (2.10)
Dengan menggunakan persamaan 2.10 dapat
ditentukan harga sembarang temperatur T karena harga L dapat diukur. Tegasnya, ukuran
temperatur dapat
dilaksanakan dengan mengukur panjang kolom
cairan
di atas tandon cairan.
·
Termometer Hambatan Listrik
Termometer hambatan jenis
dibuat berdasarkan pada perubahan hambatan jenis
suatu penghantar karena adanya perubahan temperatur. Ini berarti Thermometric Property-nya adalah
hambatan
suatu konduktor, sehingga
R = R ( T ).
Adapun skematis termometer
hambatan listrik seperti gambar 2. Berikut
Gambar 2.5 Termometer Hambatan
Listrik
Keterangan gambar.
A = ampermeter
B = benda yang
akan
diukur temperaturnya
E
= elemen atau batu
batere standar
R = hambatan atau konduktor
RG = hambatan geser
S = saklar
Hambatan listrik
(R) dari berbagai
konduktor atau zat berubah menurut temperaturnya.
Perubahan
ini akan sangat
jelas
jika temperaturnya sudah mendekati
harga – 273 0C. Ini berarti,
mulai suatu temperatur tertentu,
hambatan listrik
tiba-tiba menjadi sangat kecil
atau
dapat dikatakan
konduksi listriknya menjadi
sangat besar. Hal
ini, dalam istilah kelistrikan
disebut sebagai
konduktor supra.
Batas-batas temperatur untuk
menjadi konduktor supra untuk
berbagai konduktor berbeda- beda. Bahkan ada zat yang tidak dapat
diketahui batas-batas temperaturnya karena kesulitan untuk membuat temperatur rendah.
Hambatan listrik yang berubah
karena perubahan temperatur
ini dapat digunakan
untuk mengukur temperatur dan dalam hal
ini digunakan daerah
hambatan
listrik di atas konduktor supra.
Sesuai dengan perubahan temperatur T,
hambatan listrik R dapat berubah,
sehingga untuk tegangan
batere yang standar kuat
arus
listriknya juga ikut
berubah. Jadi kuat
arus listrik menjadi thermometric property dari
termometer hambatan
listrik. Untuk keperluan praktis, kalibrasi alat ini diperlukan; karena yang berubah adalah hambatan listriknya (R),
tetapi yang
terukur adalah
kuat arus listriknya (I).
Menurut
Callendar (1886), untuk pengukuran yang presisi (pengukuran yang tepat
dan akurat) digunakan
hambatan listrik platina dengan menggunakan
rumus empiris berikut.
T = {(Rt – R0 )
/ (R100 –
R0 )} 100 +
δ {(T / 100) – 1}
(T
/ 100) . . . . . (2.11)
dengan
T sebagai temperatur dalam
0C, sedangkan Rt , R0 ,
dan R100 masing-masing
adalah hambatan
listrik dalam ohm (Ω) untuk
temperatur T, temperatur
titik es, dan temperatur
titik uap air,
serta δ adalah konstanta yang harganya bergantung
pada karakteristik hambatan
platina dan diperoleh
melalui kalibrasi pada titik belerang.
Dengan jalan yang sama, secara teoritis,
kalibrasi antara hambatan R dengan kuat
arus listrik I yang menggunakan
batere standar dapat digunakan persamaan berikut.
T = {(It – I0 ) / (I100 – I0 )}
100 +
δ {(T / 100) – 1} (T /
100) .
. . . . (2.12)
Termometer hambatan listrik mempunyai beberapa keuntungan,
antara lain:
1. hambatan
R dapat ditanam
dalam
benda pejal
(masif) yang akan diukur temperaturnya
2.
batas ukurnya sangat lebar, yakni dari –253 0C sampai 1200 0C (ada yang menyatakan sampai
titik lebur platina, yakni
1760 0C)
3. ketelitian termometer hambatan listrik platina dapat mencapai 10 – 3 derajat celcius
atau
0,001 0C.
Termometer hambatan
listrik
dapat
dibuat mini dan portable (dapat dibawa kemana-mana
dengan bobot yang ringan). Volume
termometer mini ini adalah
1 mm3 dan dapat digunakan untuk mengukur temperatur dari –20 0C sampai 120 0C. Termometer hambatan listrik
dengan ukuran mini ini
disebut termizet.
·
Termometer Termokopel
Termometer termokopel dibuat berdasarkan
pada: (1) adanya gaya gerak
listrik (ggl) Seebeck, (2) adanya ggl Peltier,
dan (3) adanya ggl
Thomson pada sambungan dua logam
yang berbeda jenisnya, serta (4) adanya perubahan
temperatur pada sambungan dua logam.
Ini berarti termometer termokopel
dibuat berdasarkan pada hasil percobaan Seebeck,
Peltier, dan
Thomson.
Pada tahun
1826 Thomas Johann Seebeck menemukan bahwa ggl
dapat ditimbulkan dengan cara-cara termal.
Jika
logam A disambungkan
dengan
logam
B dan
kedua sambungan
berbeda temperaturnya, maka akan timbul
ggl termal atau ggl Seebeck yang disebabkan karena adanya kerapatan elektron
bebas
dalam logam yang berbeda temperaturnya.
Apabila dua logam
A dan
B yang berlainan jenisnya disambungkan
dan kedua sambungan
itu berbeda temperaturnya, maka elektron-elektronnya berdifusi
dari
logam A ke logam B atau sebaliknya.
Kedua sambungan berfungsi sebagai sumber ggl
dan
jika ada arus listrik dari
logam yang satu ke
logam lainnya,
maka ada tenaga yang dibebaskan atau diabsorbsikan. Perpindahan tenaga ini
berbentuk aliran
kalor di antara sambungan
dan
sekelilingnya. Kalor ini disebut kalor Peltier (Jean C.A.
Peltier adalah penemu kalor yang mengalir di
antara dua
sambungan logam yang
berbeda jenisnya dan
berlainan temperaturnya dan beliau adalah seorang ahli Ilmu Alam
bangsa Perancis).
Eksperimen
menunjukkan, bahwa kalor Peltier yang dipindahkan pada setiap sambungan berbanding dengan
jumlah muatan listrik yang melewati
sambungan dan
membalik arahnya
apabila arus listrik juga membalik
arahnya. Jumlah tenaga panas
(dalam
joule) yang
diabsorbsikan atau
dibebaskan pada sambungan
logam-logam
A dan B per jumlah muatan listrik
(dalam coulomb) yang dipindahkan disebut ggl
Peltier (πAB ).
Gambar
2.7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar